Sejarah Singkat Mbah Yai Tafsir dan Pesantren Salafiyah/ Yayasan Pendidikan Islam At Tafsir



Sejarah Singkat Mbah Yai Tafsir
dan Pesantren Salafiyah "At Tafsir"/ Yayasan Pendidikan Islam At Tafsir

K. Tafsir adalah salah satu tokoh Agama yang cukup disegani dan sangat terkenal dengan ke aliman dan kewiraiannya. Beliau adalah pendiri Pondok Pesantren salafiyan (1937 – 1978) dan beliau juga pendiri Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah yang mana ini merupakan perkembangan dari pendidikan yang non formal dibidang keagamaan yaitu dari sebuah Pesantren Salaf yang bernama Pondok Pesantren Salafiyah yang didirikan oleh beliau K. Tafsir bin K. Tarmuji. Dari tahun 1945 beliau mulai merintis dan mendirikan Madrasah Ibtidaiyah bersama masyarakat untuk menjembatani agar para santri tidak ketinggalan dengan pendidikan umum, dan hingga hari ini alhamdulillah Madrasah yang didirikan tetep berdiri kokoh dan semoga ila yaumil Akhir. Aamiin.

Pondok Pesantren Salafiyah didirikan oleh beliau Mbah K. Tafsir pada tahun 1937 di desa Kedungbondo Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro yang mana berdirinya Pondok Pesantren ini dilatar belakangi atas keilmuan dan sikap beliau yang tegas dan disiplin atau karena beliau juga merupakan salah seorang tokoh Ulama yang sangat disegani akan kealimannya dan wira’inya beliau dan dilihat lihat dari latar belakang perjalanan hidup beliau. Mbah K. Tafsir adalah putra dari salah seorang Ulama’ yang ahli riyadloh K. Tarmudji dari putra K. H. Hasan Puro bin K. Arfiyah Tsani bin K. Arfiyah Awwal bin K. Ahmad saudara dari K. Jumali Tuyuhan bin K. Abdul Alim bin Kiyai Abdurrahman (K. Sambu) bin Sayyid Abdul Halim (Pangeran Benowo) bin Sayyid Abdurrahman / Pangeran Hadiwijaya (Joko Tingkir) bin Sayyid Ki Ageng Kebo Kenongo (Ki Pengging 2) bin Sayyid Muhammad Kebungsuan (Ki Pengging 1) bin Sayyid Ibrohim Asmoroqondi bin Sayyid Jamaluddin Akbar Al Husain dst. (Sumber : Naqobah Ansob Iraq, Mesir dan Pakistan / Naqobah Ansob Internasional)

K. Tafsir lahir pada Tahun 1901 M dan diusia 3 tahun sudah menjadi Yatim Piatu yaitu tahun 1903 Ayahanda beliau K. Tarmudji meninggal, dan beliau diikutkan ke Kakak beliau Mbah Muhammad selama setahun, yang kemudian Mbah kiyai Tafsir diasuh oleh kerabat beliau yang terkenal yang suka memondokkan dan mengasuh Yatim yaitu bernama Muhammad Maksum yang bertempat di Sumuragung Sumberrejo hingga usia 7 tahun, setelah itu beliau ikut dan dipondokkan di Al Rosyid Kendal Dander di K. Rosyid dan K. Shoim (K. Shoim merupakan Paman dari K. Tafsir dari Ibunda beliau Nyai Kamsirah binti K. Hasan Muhtarom Pomahan). Di Al Rosyid beliau sempat nyantri selama 12 tahun yang kemudian K. Tafsir remaja mencoba memperdalam ilmu agamanya ke beberapa pesantren salah satunya Langitan periode Mbah Kyai Muhammad Khozin 1918-1921 setelah itu beliau ke Tebu Ireng yaitu ke beliau Mbah K. H. Hasyim Asy’ari selama 6 tahun (1922 -1928 M) dan yang kemudian beliau saat di Pondok Pesantren Tebu Ireng bertemu dengan beliau K.H. Zubair Umar Al Jaelani (Ulama' besar ahli Ilmu falaq dan juga tokoh Pendiri serta Mantan Rektor IAIN Walisongo semarang, Pengasuh Ponpes Joko Tingkir Solotigo Jawa Tengah) dan berteman akrab yang kemudian beliau dijodohkan dengan adik beliau bernama Hasanah yang bertempat atau berdomisili di Sumberrejo, dan setelah beliau K. Tafsir kembali di Bojonegoro beliau kembali lagi nyantri atau ngabdi di Al Rosyid selama 3 Tahun (1929 - 1932), setelah itu beliau memberanikan diri untuk melamar adik beliau mbah KH. Zubair Umar Al Jaelani yang bertempat dirumah Mbah Muhammad Sufyan yaitu salah satu saudara dari KH. Zubair Umar Al Jaelani adik beliau yang diceritakan pada saat di pesantren Tebu Ireng. Hasanah yaitu salah satu putri tokoh Kyai yang ada di Bojonegoro yaitu K. Umar, sedangkan Mbah K. Tafsir merupakan putra dari pasangan dari Mbah Yai Tarmuji dengan mbah Kamsirah, sedangkan Mbah Kamsirah merupakan putri dari salah seorang tokoh yang Alim yang terkenal dengan kewaliannya oleh masyarakat yang bertempat di Desa Pomahan yaitu putri dari K. Hasan Muhtarom Desa Pomahan Baureno, dan setelah dua tahun K. Tafsir berkeluarga beliau diminta oleh Masyarakat Kedungbondo Balen Bojonegoro yang diwakili oleh Mbah Lurah (Rusdamin) untuk Pulang ke desa untuk menjadi Guru dan Kiyai masyarakat di desa kedungbondo yaitu pada tahun 1934 M., dan pada tahun 1936 M., masyarakat serempak membuatkan atau merenovasi Masjid sebagai tempat aktifitas beliau dalam memberikan dan mengajar ilmu Agama ke masyarakat Kedungbondo dan masyarakat desa lainnya.

Menurut cerita dari Masyarakat salah satunya dari Alm. Mbah Fatah, Alm. Mbah Jasman dan Putra-putra beliau seperti Alm. Drs. Cholil Rahman, Hj. Markomah dan Alm. K. Ma’ruf, bahwa keseharian beliau K. Tafsir setelah Shubuh dan setelah mengaji beliau langsung bergegas keliling dari pasar ke pasar untuk berdagang yaitu beliau berjualan sarung, hal itu beliau jalani hingga 3 tahun lamanya. Beliau memiliki banyak santri baik dari desa kedungbondo sendiri maupun dari luar desa, serta banyak kalangan tokoh ulama', habaib sering berkunjung ke beliau untuk mengaji atau sebagai rujukan para ulama pada saat itu, seperti Mbah KH. Sholeh Pendiri Pondok Pesantren At Tanwir, Habib Thohir Al Jufri, Habib Zain Al Jufri (sumber dari habib Qodir Al Jufri baureno), juga banyak ulama' lainnya. dan beliau juga merupakan salah satu tokoh NU dan menjadi Suriyah. 
Pada tahun 1937 M.,  K. Tafsir bersama Mbah Lurah Rusdamin serta masyarakat Kedungbondo membantu untuk mendirikan Pesantren yang diberi nama Pondok Pesantren "Salafiyah" adapun santri santri beliau berasal dari desa Kedungbondo sendiri dan dari luar desa, namun kebanyakan santri beliau berasal dari luar daerah desa kedungbondo. Adapun materi yang diajarkan dipesantren saat itu adalah baca Al Qur’an, Tajwid, Hadits, Ta’lim, Fiqih, Aqidah, Nahwu, Shorof.

Pada tahun 1945 beliau K. Tafsir mulai membuka pendidikan dasar formal dan diformalkan didaftarkan secara legal dan diakui pada tahun 1950 yaitu dengan nama Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah, dengan salah satu tujuan bisa dan menyesuaikan serta mengantisipasi supaya para santri nantinya juga mendapat Ijazah formal yang diakui oleh Pemerintah. Di tahun itu pula beliau mendapat Cobaan yaitu Istri beliau Ibu Nyai Hasanah Meninggal.

Seiring berjalannya waktu pada tahun 1978 M beliau terkena sakit Hernia dan Gejala jantung dan tepat pada hari Ahad malam Senin, 2 Romadlon 1398 H. atau tanggal 6 Agustus 1978 M di usia 77 tahun beliau meninggal dengan meninggalkan 5 anak dari 3 Ibu yaitu :
1.      Mbah Nyai Hasanah dikarunia 2 Putra dan 1 Putri, yaitu
Ø   Cholil Rahman, (Alfiyah, Ashabul Kahfi)
Ø   Markomah,(Purwanto, Syaifuddin, Faizin, Hartini)
Ø Muhammad Da’in / K. Ma’ruf, (Ikhwan Luthfi, Fathiyatur Rohmah, Ainun Na'im Mr., Rodliyyah, Sa'adatul Muntasiroh, Ayu pandang Mushilatin, Siti Indah Ayu Latifatun Nadhroh)
2.      Mbah Nyai Ummi Mu'minah  atau dipanggil Mbah Nyai Cangaan dikaruniai 1 Putra
Ø  Mudzakir (M. Ayub, Hidayat, Ma'rifah)
3.      Mbah Nyai Aslikah dari Rengel dikarunia 1 Putra
Ø  Mabrur. (Uhib, Alfi, Awim, Odie)
4.      Sedangkan pernikahan dengan Mbah Nyai Fatimah dari Kabunan tidak dikaruniai putra.

Setelah Meninggalnya beliau K. Tafsir, Pesantren dan Madrasah diteruskan oleh putra beliau Muhammad Da’in atau K. Ma’ruf, yang mana pada masa kepemimpinan beliau K. Ma’ruf keberadaan pesantren dan pendidikan Di Bojonegoro sangat luar biasa banyaknya dan menjamur dirasakan pada saat itu, sehingga pada tahun 1982 K. Ma’ruf Tafsir menggagas dan mendirikan sebuah lembaga Pendidikan khusus anak sebelum usia Sekolah dasar yaitu dengan nama Raudlotul Athfal Al Hidayah atau RA Al Hidayah, beliau berpendapat bahwa RA harus ada dan harus berdiri dengan tujuan membantu dan meringankan asatidz atau guru-guru yang mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Desa Kedungbondo, agar supaya anak yang nanti masuk di Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah sudah bisa meyesuaikan. 

Sebagai bentuk untuk mempertahankan status dunia pesantren, beliau K. Ma’ruf pada tahun 1999 membentuk wadah lembaga yang didaftarkan di Kemenkumham yaitu sebuah Yayasan yang diberi nama Yayasan Pondok Pesantren At Tafsir. Dan beliau K. Ma’ruf Meninggal pada tahun 2002 M diusia 57 Tahun karena sakit, dan kemudian setelah sepeninggalnya beliau K. Ma’ruf kelembagaan diteruskan oleh beliau K. Kholil dan dilanjut oleh K. Suwono, yang kemudian pada tahun 2014 diteruskan kembali oleh Ainun Na’im Mr. Cucu dari beliau K. Tafsir putra dari K. Ma’ruf Tafsir dengan dibantu anak menantu Sholihan  dalam nguri-nguri tinggalan beliau yaitu Lembaga Pendidikan Agama Islam dan Masjid Jami' Baitus Salam hingga saat ini. 

Pada tahun 2014 Ainun Na’im memperbarui Status Yayasan yang membawahi RA, MI, Diniyah serta untuk menghidupkan kembali Pesantren yang didirikan oleh beliau Mbah K. Tafsir yaitu dengan mendaftarkan ulang ke kemenkumham pada 04 Desember 2014 yaitu memperbarui status yayasan dan menjadi Yayasan Pendidikan Islam At Tafsir. Dengan tujuan menyesuaikan amanah Undang-Undang RI No. 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan, sebab jika makna atau definisi dari Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Maka Yayasan dipandang sebagai salah satu bentuk badan hukum dan sangat penting sekali bagi organisasi yang melingkupi berbagai bidang. Kalau ditinjau dari segi kepentingan organisasi, adanya Yayasan akan memberi manfaat yang cukup besar, di antaranya:
1.      Mendapat perlindungan hukum berdasarkan undang-undang.
2.      Memiliki kejelasan aturan organisasi yang tertuang dalam Anggaran Dasar.
3.      Menambah rasa percaya diri para aktivisnya dalam berhubungan dengan pihak lain.
4.      Memudahkan pihak lain yang akan berhubungan dengan organisasi tersebut.
5.      Memberikan rasa kepercayaan kepada pihak-pihak yang bersimpati.
6.      Memungkinkan pengembangan usaha organisasi secara lebih luas.
7.  Apabila timbul permasalahan atau konflik dapat diselesaikan secara hukum dengan aturan undang-undang dan peraturan pemerintah yang jelas

Pada periode saat ini ketika melihat dan mengikuti perkembangan dunia pendidikan, dengan serta mengikuti aturan dan kondisi pemerintah, di Yayasan Pendidikan Islam At Tafsir juga membentuk PAUD Al Hidayah yaitu suatu pendidikan khusus untuk anak Usia Dini usia 0 – 5 tahun. dan di tahun 2019 M tanggal 4 desember 2019 Yayasan Pendidikan Islam At Tafsir diperbarui dengan Kepengurusan yang baru yang masih dibawah Pimpinan Ainun Na'im Mr. yang mana ditahun 2019 ini ada penambahan kelembagaan non Formal yaitu BLK Komunitas At Tafsir.
Demikian sejarah Singkat Riwayat Mbah K. Tafsir selaku Pendiri Pondok Pesantren Salafiyah dan saat ini ada tambahan At Tafsir (Yayasan Pendidikan Islam At Tafsir) desa Kedungbondo Balen Bojonegoro, semoga akan membawa keberkahan, kemanfaatan dan tentunya kemaslahatan bagi semuanya. Aamiin...

Bojonegoro, 24 Januari 2020

Ainun Na’im Mr

Komentar

  1. Assalamualaikum.
    Boleh minta kontak penulis yang bisa dihubungi tidak, saya keluarga dari Pomahan Baureno.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Silsilah Keluarga Kyai Tafsir Pendiri Pondok Pesantren Salafiyah (Salafiyah At Tafsir) Bojonegoro

AD/ ART